PRINSIP-PRINSIP PTK [PENELITIAN TINDAKAN KELAS], Dalam bidang pendidikan, khususnya acara pembelajaran, Action Research berubah menjadi classroom Action Research (CAR) = Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebagai suatu penelitian terapan, PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan proses dan kualitas atau hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru sanggup menemukan penyelesaikan bagi duduk kasus yang terjadi di kelasnya sendiri, dan bukan di kelas guru yang lain. Tentu saja dengan menerapkan aneka macam ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu, sebagai peneliti praktis, PTK dilaksanakan bersamaan guru melaksanakan kiprah utama yaitu mengajar di dalam kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswa. Dengan demikian, PTK merupakan suatu penelitian yang menempel pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah konkret yang dialami oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, diharapkan guru mempunyai kiprah ganda, yaitu sebagai praktisi dan sekaligus peneliti
1. Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan dihentikan mengganggu atau menghambat acara utama, contohnya bagi guru dihentikan hingga mengorbankan acara atau proses mencar ilmu mengajar. Menurut Hopkins (1993: 57-61), pekerjaan utama guru yakni mengajar, dan apapun metode PTK yang kebetulan diterapkan, seyogyanya tidak berdampak mengganggu komitmen guru sebagai pengajar. Ada 3 hal yang sanggup dikemukakan berkenaan dengan prinsip pertama ini. Pertama, dalam mencobakan sesuatu tindakan pembelajaran yang baru, selalu ada kemungkinan bahwa setidak-tidaknya pada awal-awalnya kesannya kurang memuaskan dari yang dikehendaki. Bahkan mungkin kurang dari yang diperoleh dengan “cara lama” Karena bagaimanapun tindakan perbaika tersebut masih dalam taraf dicobakan. Guru harus memakai pertimbangan serta tanggung jawab profesionalnya dalam menimbang-nimbang : jalan keluar” yang akan mereka tempuh dalam rangka menunjukkan yang terbaik kepada siswa. Kedua, iterasi dari siklus tindakan juga dilakukan dengan mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan, khususnya dari segi pembentukan pemahaman yang mendalam yang ditandai oleh kemampuan menerapkan pengetahuan yang dipelajari melalui analisis, sintesis dan penilaian informasi, bukan terbatas dari segi tersampaikannya GBPP kepada siswa dalam rukun waktu yang telah ditentukan. Ketiga, penetapan siklus tindakan dalam PTK mengacu kepada penguasaan yang ditargetkan pada tahap perancangan, dan sama sekali tidak mengacu kepada kejenuhan gosip sebagaimana lazim dipedomani dalam proses iteratif pengumpulan data penelitian kualitatif.
2. Masalah guru. Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan duduk kasus yang cukup merisaukannya, dan berpijak dari tanggung jawab profesionalnya. Guru sendiri harus mempunyai komitmen ini juga dibutuhkan sebagai motivator intrinsik bagi guru untuk “bertahan” dalam pelaksanaan acara yang jelas-jelas menuntut lebih dari yang sebelumnya dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas mengajarnya secara rutin. Dengan kata lain, pendorong utama pelaksanaan PTK yakni komitmen profesional untuk menunjukkan layanan yang terbaik kepada siswa. Dilihat dari sudut pandang ini, desakan untuk sekedar memberikan pokok bahasan sesuai dengan GBPP sanggup dan perlu ditolak alasannya yakni alasan profesional yang dimaksud .
3. Tidak terlalu menyita waktu. Metode pengumpulan data yang dipakai tidak menuntut waktu yang berlebihan bagi guru, sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, sejauh mungkin harus dipakai mekanisme pengumpulan data yang sanggup ditangani sendiri oleh guru, sementara guru tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. Sebagai gambaran, penggunaan tape recorder memang akan menghasilkan rekaman yang lengkap dibanding dengan perekaman manual, namun peningkatan waktu yang dibutuhkan untuk mencermati data melalui pemutaran ulang mungkin akan segera terasa berlebihan. Oleh alasannya yakni itu, dikembangkan teknik-teknik perekaman yang cukup sederhana, namun sanggup menghasilkan gosip yang cukup signifikan serta sanggup dipercaya.
4. Metode dan teknik yang dipakai dihentikan terlalu menuntut dari segi kemampuan maupun waktunya.
5. Metodologi yang dipakai harus berkala cermat, sehingga tindakan sanggup dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang sanggup diuji di lapangan. Guru sanggup membuatkan seni administrasi yang sanggup diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang sanggup dipakai untuk “menjawab” hipotesis yang dikemukakan oleh alasannya yakni itu, meskipun intinya “terpaksa” memperbolehkan “kelonggaran – kelonggaran” namun penerapan asas – asas dasar telaah taan kaidah tetap harus dipertahankan.
6. Permasalahan atau topik yang dipilih harus benar – benar nyata, menarik, bisa ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melaksanakan perubahan. Peneliti harus merasa terpanggil untuk meningkatkan diri.
7. Peneliti harus tetap memperhatikan watak dan tata krama penelitian serta rambu – rambu pelaksanaan yang berlaku umum. Dalam penyelenggaraan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap mekanisme watak yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan alasannya yakni selain melibatkan para siswa, PTK juga hadir dalam suatu konteks organisasional, sehingga penyelenggaraannya pun harus mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi. Artinya, prakarsa PTK harus diketahui oleh pimpinan lembaga, disosialisasikan kepada rekan – rekan dalam forum terkait, dilakukan sesuai dengan tata krama penyusunan karya tulis akademik, di samping tetap mengedepankan kemaslahatan subjek didik.
8. Kegiatan penelitian tindakan intinya harus merupakan gerakan yang berkelanjutan ( on – going ), alasannya yakni skope peningkatan dan pengembangan memang menjadi tantangan sepanjang waktu. Meskipun kelas, sekaligus mata pelajaran merupakan cakupan tanggung jawab bagi seorang guru, namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus dipakai classroom exceeding perspective dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan / atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan. Perspektif yang lebih luas ini akan terlebih – lebih lagi terasa urgensinya, apabila dalam suatu PTK, terlibat lebih dari seorang peneliti. Dapat juga dilakukan kerja sama di antara dua atau lebih guru dalam satu sekolah dan / atau guru dari sekolah lain, termasuk dosen LPTK.