Gerakan PPK berfokus pada struktur yang sudah ada dalam sistem pendidikan nasional. Terdapat tiga struktur yang sanggup digunakan sebagai wahana, jalur, dan medium untuk memperkuat pendidikan karakter bangsa, yaitu:
Struktur Program: jenjang dan kelas, ekosistem sekolah, penguatan kapasitas guru; Struktur Kurikulum: kegiatan pembelajaran terintegrasi dalam kurikulum (intra-kurikuler) dan ko-kurikuler, ekstrakurikuler, dan non-kurikuler; Struktur Kegiatan: banyak sekali macam kegiatan dan kegiatan yang mampu menyinergikan 4 dimensi pengolahan abjad Ki Hajar Dewantara (olah raga, olah pikir, olah rasa, dan olah hati).
1.5.1. Struktur Program
Struktur kegiatan mencakup jenjang dan kelas yaitu difokuskan pada Sekolah Dasar dan SMP yang lebih dikenal sebagai pendidikan dasar. Di samping itu fokus dilakukan pada sistem formal yaitu persekolahan alasannya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mempunyai kewenangan dan tanggungjawab yang lebih mempunyai susukan terhadap sistem persekolahan ini.
Struktur kegiatan mencakup jenjang dan kelas yaitu difokuskan pada Sekolah Dasar dan SMP yang lebih dikenal sebagai pendidikan dasar. Di samping itu fokus dilakukan pada sistem formal yaitu persekolahan alasannya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mempunyai kewenangan dan tanggungjawab yang lebih mempunyai susukan terhadap sistem persekolahan ini.
Pelaksanaan Gerakan PPK pada tiap jenjang melibatkan dan memanfaatkan ekosistem pendidikan yang ada di lingkungan sekolah. Pemanfaatan dan pelibatan ekosistem pendidikan memperkuat dimensi lokal kontekstual pendidikan di kawasan sehingga Gerakan PPK tidak lepas atau tercerabut dari nilai-nilai abjad yang tumbuh kembang pada ekosistem pendidikan yang sudah ada. Berbagai pemangku kepentingan yang ada pada ekosistem pendidikan tersebut ikut serta dan bantu-membantu bertanggungjawab dan bersinergi untuk memperkuat pembentukan abjad sebagai modal dasar untuk mewujudkan warga masyarakat yang lebih berbudaya dan mempunyai jati diri bangsa di masa mendatang.
Pelaku kunci dalam Gerakan PPK ialah Kepala Sekolah, Guru, tenaga kependidikan, tenaga non-kependidikan, orang tua, Komite sekolah dan pemangku kepentingan lain yang relevan dalam pengembangan PPK. Masing-masing perlu memahami kembali kiprah dan fungsinya dalam rangka keberhasilan PPK. Lebih dari itu, kehadiran orang cukup umur di lingkungan pendidikan ialah sebagai guru, yaitu mereka yang digugu (diikuti) dan ditiru (diteladani) oleh para siswa. Ini berlaku bagi siapapun yang terlibat dalam kegiatan pendidikan.
1.5.2. Struktur Kurikulum
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tidak mengubah kurikulum yang sudah ada, melainkan meningkatkan secara optimal kurikulum pada satuan pendidikan. Gerakan PPK perlu dilaksanakan di satuan pendidikan melalui banyak sekali cara sesuai dengan kerangka kurikulum yaitu alokasi waktu minimal yang ditetapkan dalam Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler yang dikelola oleh satuan pendidikan sesui dengan kearifan dan akal satuan pendidikan masing-masing. Kurikulum yang menerapkan PPK diadaptasi dengan keberagaman kondisi kawasan dan karakteristik satuan pendidikan.
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tidak mengubah kurikulum yang sudah ada, melainkan meningkatkan secara optimal kurikulum pada satuan pendidikan. Gerakan PPK perlu dilaksanakan di satuan pendidikan melalui banyak sekali cara sesuai dengan kerangka kurikulum yaitu alokasi waktu minimal yang ditetapkan dalam Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler yang dikelola oleh satuan pendidikan sesui dengan kearifan dan akal satuan pendidikan masing-masing. Kurikulum yang menerapkan PPK diadaptasi dengan keberagaman kondisi kawasan dan karakteristik satuan pendidikan.
Pelaksanaan Gerakan PPK diadaptasi dengan kurikulum pada satuan pendidikan masing-masing dan sanggup dilakukan melalui 3 cara, yaitu:
- 1. Mengintegrasikan/mengkontekstualisasikan mata pelajaran yang ada di struktur kurikulum dan Mata Pelajaran Muatan Lokal melalui kegiatan intrakurikuler dan ko-kurikuler. Sebagai kegiatan intrakurikuler dan ko-kurikuler maka setiap guru menyusun dokumen perencanaan pembelajaan berupa silabus dan RPP sesuai mata pelajarannya masing-masing. Nilai-nilai Utama PPK diintegrasikan ke dalam Mata Pelajaran sesuai topik Utama Nilai PPK pada hari itu dan sesuai dengan karakteristik Mata Pelajaran. Misalnya Mata Pelajaran IPA untuk SMP mengintegrasikan Nilai Nasionalisme dengan mendukung konservasi energi pada materi wacana Energi.
- 2. Mengimplementasikan PPK melalui kegiatan ekstrakurikuler, baik ekstrakurikuler wajib dan pilihan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. Pada kegiatan Esktrakurikuler maka Satuan Pendidikan melakukan penguatan kembali kegiatan-kegiatan ekskul dan menambah kegiatan-kegiatan lain yang menunjukkan ruang kepada siswa untuk produktif. Kegiatan ekskul sanggup dilakukan dengan menggerakkan sumber daya sekolah yang ada, dengan kolaborasi dengan masyarakat dan juga pihak-pihak atau forum lain seperti PMI, Dinas Kelautan dan Perikana, Dinas Perdagangan, Museum, Rumah Budaya, dan lain-lain, sesuai dengan kebutuhan dan kreatiftas Satuan Pendidikan.
- 3. Melalui kegiatan pembiasaan yang dilakukan melalui budaya sekolah, baik melalui kegiatan rutin, spontan, pengkondisian, serta melalui keteladanan orang cukup umur di lingkungan sekolah. Kegiatan-kegiatan selepas jam sekolah diadakan untuk memperkuat pembentukan karakter diadaptasi dengan situasi, kondisi, ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan di unit sekolah dan potensi lingkungan sekitar sebagai sumber pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya, satuan pendidikan perlu menyesuaikan Kurikulum Sekolah mereka dengan mengacu pada nilai-nilai utama PPK dengan menyusun kembali dokumen I KTSP, silabus, dan RPP, serta program-program sekolah yang dimasukkan dalam kalender pendidikan.
Selain struktur dalam kurikulum, Gerakan PPK juga mempunyai struktur pendukung lain yang terdiri atas sebagai berikut:
- 1. Kokurikuler dan Ekstrakurikuler, merupakan kegiatan yang bersifat penambahan, pengayaan, dan ekspansi dari kegiatan pembelajaran intrakurikuler, yang juga bersifat menyenangkan dan dapat mengaktualisasikan nilai-nilai karakter. Contoh: kepramukaan, PMR, OSIS, olahraga, kesenian, dan lain sebagainya.
- 2. Ekosistem dan budaya sekolah, mewujudkantata kelola yang sehat, korelasi antar warga sekolah yang serasi dan saling menghargai, lingkungan sekolah yang bersih, ramah, sehat dan bersahabat.
- 3. Pendidikan di keluarga dan masyarakat, menjalin keselarasan antara pendidikan di sekolah dan di lingkungan keluarga dan masyarakat.
1.5.3. Struktur Kegiatan
Kegiatan PPK bisa sangat bervariasi tergantung dari apa yang menjadi prioritas pembentukan abjad dalam forum pendidikan. Kegiatan PPK mengajak masing-masing sekolah untuk menemukan “branding” khas mereka sehingga sekolah di Indonesia menjadi sangat kaya sekaligus unik. Selain mendorong tiap sekolah untuk mempunyai “branding” sendiri, struktur kegiatan dalam PPK diperlukan merupakan perwujudan dari 4 dimensi pengolahan abjad sebagaimana yang dikatakan Ki Hadjar Dewantara yaitu olah olah raga, olah pikir, olah rasa dan olah hati.
Kegiatan-kegiatan yang mendukung terbentuknya “branding” sekolah itu antara lain: pilihan kegiatan olahraga, kegiatan berkelompok, dan kegiatan ekstrakurikuler (pramuka, baris berbaris, drumband, kegiatan UKS, dokter kecil, dll), kegiatan memanfaatkan perpustakaan (mengatur jadwal berkunjung, mengikuti lomba perpustakaan, dan pemberian penghargaan kepada siswa dan guru yang secara rutin hadir di perpustakaan), kegiatan memanfaatkan potensi lingkungan, seperti sanggar seni dan museum.