Selain Krisis Ekonomi, Perang dan Terorisme, salah satu problem terbesar yang dihadapi oleh dunia ketika ini ialah adanya pemanasan suhu bumi secara global atau yang biasa disebut Global Warming. Meski tak banyak orang sadar benar perihal ancaman global warming, bekerjsama dampak dari global sudah sanggup kita rasakan ketika ini. Beberapa dampak tersebut diantaranya ialah cuaca yang semakin tak menentu dan juga makin tingginya permukaan air maritim di dunia ini. Naiknya air maritim juga berarti penurunan jumlah air tawar yang ada di darat. Di sinilah ancaman yang sebenarnya, alasannya ialah air tawar bagi bumi sama ibarat darah dalam tubuh. Airlah yang menciptakan bumi tetap hidup dan sanggup ditinggali manusia. Jika air semakin menghilang itu sama saja artinya dengan tamat hidup bumi yang kian mendekat. Dan jikalau bumi hingga mati, maka itu artinya segala makhluk hidup yang ada di dalamnya termasuk insan juga akan bernasip sama.
Karena itu didorong oleh kesadaran perihal ancaman laten dari global warming ini. Banyak orang diseluruh penjuru dunia ini telah melaksanakan pergerakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia perihal ancaman pemanasan global. Kampanye anti pemanasan global ini beberapa diantaranya ialah dengan cara mengadakan program untuk memperingati global warming ibarat Eart Hour, atau sekedar festival-festival dengan tema global warming. Tapi selain cara yang umum ibarat dua pola tadi, adapula cara yang cukup menarik yaitu dengan memakai media seni, sebagai bahasa untuk menggugah kesadaran orang terhadap ancaman global warming. Karya seni hasil karya para seniman dunia ini juga tak sekedar menggugah kesadaran masyarakat, namun beberapa diantaranya juga terlihat sangat indah dan mengagumkan.
Nah karya-karya seni perihal global warming tak biasa inilah yang kali ini akan anehdidunia.com bagi kisahnya dalam, "Karya Seni Tentang Global Warming Yang Paling Unik Dan Mengagumkan" versi anehdidunia.com
Titled Support
"Bagaikan bom waktu yang sedang berdetak dan tinggal menunggu waktu untuk meledak" itulah ungkapan seniman asak Italia, Lorenzo Quinn, ketika ditanya perihal apa itu Global Warming. Sayangnya berdasarkan Lorenzo, meski Global Warming kini bagai bom yang tengah menunggu untuk meledak, masih bayak orang yang tak menyadarinya, terutama generasi muda ketika ini. Karena itu ketika ia diminta untuk menjadi salah satu seniman yang menyumbang karyanya untuk Festival seni Biennale, di Venisia tahun 2017 ini. Lorenzo eksklusif terfikirkan untuk menciptakan sebuah patung tangan unik di atas jalan masuk maritim Venisia.
Patung yang ia namai Titled Support, tersebut dibangun di atas jalan masuk air yang ada di Hotel Sagredo, di Venisia. Seperti yang kita tahu Venisia merupakan kota terapung yang hampir seluruh daratanya tertutup oleh air. Lorenzo sendiri mengungkapkan jikalau karya ini merupakan pesan pada generasi muda perihal ancaman Global Warming yang akan menghancurkan masa depan manusia. Lorenzo mendesain dua patung tangan tersebut secara berbeda untuk menggambarkan dua sisi insan yang sanggup menjadi penghacur dunia atau penyelamat dunia. Lorenzo berharap generasi muda yang melihat karyanya ini, sanggup paham bahwa masa depan dunia ada di tangan mereka, mau di selamatkan atau justru dihancurkan, semuanya ada di tangan manusia.
Melted Men
Pada tahun 2009 yang kemudian seorang seniman asal Brazil, Nele Azevedo mengukir setidaknya 1.000 patung insan es dan menempatkanya di tangga yang ada di Gendarmenmarkt Square Berlin untuk mengingatkan orang perihal ancaman pemanasan global yang sedang terjadi. Patung-patung es ini sendiri bekerjsama merupakan bab dari Festival Queens di Irlandia Utara, yang disenggarakan tiap tahun untuk mengingatkan orang perihal es yang terus mencari di Greenland dan Antartika.
Karena itu setiap tahunya Nele Azevedo bersama timnya selalu memasang patung es di kota-kota yang ada seluruh penjuru dunia, untuk mengembangkan pesan bahwa perubahan iklim tengah menimpa dunia. Dengan memakai patung es Azevedom ingin menggambarkan jikalau mencairnya es di Greenland dan Antartika tak hanya mengancam kehidupan satwa yang ada di sana, namun juga sanggup membahayakan insan di seluruh dunia.
Un Cadeau pour la Terre and Biome
Salah satu Bank di Seine Paris, membangun sebuah struktur raksasa berbahan metal yang berbentuk Paus raksasa pada tahun 2015 yang lalu. Patung ini sendiri dibangun untuk mengingatkan dunia bahwa global warming telah mendorong punahnya spesies langka di bumi ini. Menurut perwakilan bank, meski insan belum begitu mencicipi dampak dari global warmiing, namun satwa-satwa didunia ini sudah merasakanya dan bahkan menderita akhir pemansan global yang terjadi. Sayangnya meski begitu belum ada agresi faktual yang benar-benar berusaha mengatasi problem pelik ini.
Karena itu untuk mengingatkan perihal problem serius yang sedang di hadapi oleh seluruh satwa di dunia ini, Bank tersebut kemudian membangun sebuah patung metal raksasa yang mereka beri nama "Un Cadeau pour la Terre and Biome" atau dalam bahasa Indonesia berarti "Kado kecil untuk bumi dan Biome." Kata Biome sendiri dalam bahasa Perancis berati Biota maritim raksasa, yang menjadi simbol dari karya seni ini. Dengan memajang patung raksasa ini di daerah umum, pihak bank Siene berharap orang yang kebetulan lewat akan melihat dan kemudian sadar bahwa banyak satwa langka didunia ini yang sedang terancam kepunahan.
No One Can Save Us Now
Mojoko dan Eric Foenander merupakan seniman muda asal Singapura yang pada tahun 2012 yang kemudian menciptakan sebuah karya seni unik yang dipasang di halaman Museum Seni Singapura. Karya seni tersebut berbentu patung Supermen yang sedang meleleh. Patung berukuran cukup besar tersebut di beri nama "No One Can Save Us Now" yang berarti "Tak ada yang sanggup menyelamatkan kita sekarang" merupakan sebuah patung dengan sindiran satir pada insan bahwa bahkan makhluk super ibarat Superman sekalipun tak akan sanggup menyelamatkan kita dari global warming.
Dua seniman muda Singapura ini, berharap orang sanggup mulai mengeri bahwa global warming merupakan ancaman yang faktual bagi dunia, yang bahkan sanggup melelehkan seorang superhero macam superman. Dan jikalau superman saja sanggup meleleh apalagi insan yang tak punya kekuatan super. Dengan karua seni ini keduanya juga berharap orang akan lebih memperhatikan apa yang terjadi di dunia yang mereka tinggali sebelum semuanya terlambat.
Waiting for Climate Change
Cara seorang seniman berjulukan Isaac Cordal dalam mengkampanyekan global warming sanggup dibilang unik sekaligus provokatif. Berbeda dengan seniman lain yang biasanya menyorot perubahan yang terjadi di alam, seniman asal Spanyol ini justru menyorot tugas kaum kapitalis dalam cepatnya laju global warming yang kini sedang terjadi. Lewat sebuah seri dongeng yang ia beri judul "Waiting for Climate Change" (Menanti Perubahan Iklim), Isaac coba menyindir kaum kapitalis dengan memakai patung-patung kecil buatanya. Lewat patung-patung ini Isaac merangkai sebuah dongeng yang membahas isu-isu politik yang bekerjasama dengan global warming.
Namun dongeng sindiran ini tak ditampilkan Isaac secara biasa, alasannya ialah ia menciptakan setiap set dari dongeng ini dengan latar belakang dunia yang telah terendam air. Hal ini dimaksudkan Isaac untuk memperlihatkan citra perihal apa yang terjadi didunia ini, dimana para pemimpin dunia seolah hirau dengan adanya pemanasan global dan terus sibuk dengan urusan kelompok mereka sendiri. Dalam karyanya ini ia berusaha menandakan bahwa lampanya respon dari para pemimpin dunia akan berdampak fatal pada masa depan dunia.
Sahabat anehdidunia.com itulah beberapa karya seni paling menakjubkan yang bercerita perihal global warming. Semoga informasi ini sanggup bermanfaat dan memperlihatkan kesadaran perihal ancaman global warmin yang sedang melanda dunia ketika ini.
Referensi:
http//www.oddee.com/item_100100.aspx