Sebelum mendefinisikan geografi lingkungan (environmental geography), sangat mempunyai kegunaan untuk memandang terlebih dulu konsep geografi secara umum. Salah satu kesalahan konsep yang umum terjadi yakni memandang geografi sebagai studi yang sederhana perihal nama-nama suatu tempat. Implikasi dari pemahaman ibarat itu menyebakan terjadinya reduksi terhadap hakekat geografi. Geografi menjadi pengetahuan untuk menghafalkan tempat-tempat dimuka bumi, sehingga bidang ini menjadi kurang bermakna untuk kehidupan. Geografi sering juga dipandanng identik dengan kartografi atau menciptakan peta. Dalam prakteknya sering terjadi para geograf sangat trampil dalam membaca dan memahami peta, tetapi tidak sempurna kalau acara menciptakan peta sebagai profesinya.
Kata geografi berasal dari geo=bumi, dan graphein=mencitra. Ungkapan itu pertama kali disitir oleh Eratosthenes yang mengemukakan kata “geografika”. Kata itu berakar dari geo=bumi dan graphika=lukisan atau tulisan. Makara kata geographika dalam bahasa Yunani, berarti lukisan perihal bumi atau goresan pena perihal bumi. Istilah geografi juga dikenal dalam aneka macam bahasa, ibarat geography (Inggris), geographie (Prancis), die geographie/die erdkunde (Jerman), geografie/ aardrijkskunde (Belanda) dan geographike (Yunani).
Bertahun-tahun insan telah berusaha untuk mengenali lingkungan di permukaan bumi. Pengenalan itu diawali dengan mengunjungi tempat-tempat secara pribadi di muka bumi, dan berikutnya memakai peralatan dan teknologi yang makin maju. Sejalan dengan pengenalan itu pemikiran insan perihal lingkungan terus berkembang, pengertian geografi juga mengalami perubahan dan perkembangan. Pengertian geografi bukan sekedar goresan pena perihal bumi, tetapi telah menjadi ilmu pengetahuan tersendiri disamping bidang ilmu pengetahuan lainnya. Geografi telah berkembang dari bentuk dongeng perihal suatu wilayah dengan penduduknya menjadi bidang ilmu pengetahuan yang memiliki obyek studi, metode, prinsip, dan konsep-konsep sendiri sehingga menerima daerah ditengah-tengah ilmu lainnya.
Berkaitan dengan kemajuan itu, konsep geografi juga mengalami perkembangan. Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, menghipnotis pandangan hidup kita, masakan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan daerah rekreasi yang kita nikmati.
Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi yakni ilmu pengetahuan yang mencitra, menandakan sifat bumi, menganalisis tanda-tanda alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu.
Hasil semlok peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang (1988) merumuskan, bahwa geografi yakni ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.
James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal balik antara insan dan habitatnya.
Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut penulis berpendapat, bahwa geografi merupakan studi yang mempelajari fenomena alam dan insan dan keterkaitan keduanya di permukaan bumi dengan memakai pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Dalam pengertian itu beberapa aspek yang esensial, yaitu (1) adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan insan (reciprocal). (2) Hubungan itu sanggup bersifat interelatif, interaktif, dan intergratif sesuai dengan konteksnya. (3) cara memadang hubungan itu berisifat keruangan.
Berdasarkan konsep tersebut, studi Geografi bekaitan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
· Where is it?
· Why is it there?
· So what?
Dalam kata yang lain, Geografi mempelajari penyebaran keruangan dari sesuatu (bahasa, acara ekonomi, pencemaran, rote transportasi, tanah, iklim, dan dan fenomena lainnya) untuk menemukan mengapa fenomena itu menyebar sebagaimana adanya. Geografi selanjutnya mencoba untuk menggambarkan terjadinya distribusi itu, dan dengan pemahaman itu sanggup mengusulkan pemecahan persoalan yang terjadi.
Preston James mencoba untuk memecahkan pertanyaan apakah geografi dengan memperlihatkan batasan geografi menjadi empat tradisi utama, yaitu:
1. The spatial tradition
Geographers have long been concerned with mapping and the spatial arrangement of things. Some geographers were developing statistical methods to improve both the description and analysis of such spatial patterns (James). Because this musim was not without its critics, the James article is often seen as a fence-mending effort within the discipline.
2. The area studies tradition
Geographers such as Reclus and Humboldt were famous for their exhaustive descriptions of places. Even today, many geographers develop an expertise in the study of one or two regions. Typically, geographers will learn the language or langauges spoken in the region being studied and they will develop an understanding of both the natural physical features and of the human activities and patterns. The goal is to become an expert on the region as it is and to study specific problems or questions about the region.
3. The man-land tradition
Beginning with George Perkins Marsh in the middle of the nineteenth century, geographers have sought to understand how the natural environment either determines or constrains human behavior and how humans, in turn, modify the physical world around them. Given the inherent sexism of this title, most geographers would now use the term "human-environment" to describe this tradition.
4. The Earth sciences tradition
Many geography programs in the United States emerged from geology departments, and the connection between the disciplines remains strong. Most geographers -- even if they focus on human geography -- receive some pelatihan in such physical geography areas landforms, climate, soils, and the distribution of plants.
Keberadaan geografi lingkungan tak terlepas dari persoalan lingkungan, khsususnya hubungan antara pertumbuhan penduduk, konsumsi sumberdaya, dan peningkatan intensitas persoalan akhir ekploitasi sumberdaya yang berlebihan. Geografi lingkungan sanggup memperlihatkan kombinasi yang besar lengan berkuasa perangkat konseptual untuk memahami persoalan lingkungan yang kompleks.
Geografi lingkungan cenderung pada geografi insan atau intergrasi geografi insan dan fisik dalam memahami perubahan lingkungan global. Geografi lingkungan memakai pendekatan holistik. Geografi lingkungan melibatkan beberapa aspek hubungan timbal balik antara insan dan lingkungan. Untuk memahami masalah-masalah lingkungan mustahil tanpa pemahaman proses ekonomi, budaya, demografi yang mengarah pada konsumsi sumberdaya yang meningkat dan generasi yang merosot. Kebanyakan proses tersebut kompleks dan tranasional. Solusi potensial hanya dengan memahami fungsi siklus biokimia (sirkulasi air, karbon, nitrogen, dan sebagainya) dan juga teknologi yang dipakai insan untuk campur tangan pada siklus itu.
Atas dasar perspektif tersebut, sanggup disarkan bahwa geografi lingkungan merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan fenomena alam (fisis) maupun insan di permukaan bumi. (Environmental geography is the scientific study ot the location and spatial variation in both physical and human phenomena of Earth) (James Hayes-Bohanan).